Tidak bisa dipungkiri lagi kita tidak terlepas pada Internet
dan penggunaanya pun saat ini sudah berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai
dengan banyaknya jejaring sosial media online. Sebagai pengguna kita merasa
seperti “diwajibkan” untuk mempunya akun di jejaring sosial media tersebut,
seperti facebook, twitter, blackberry massanger, dan masih banyak lagi.
Pengguna beralasan, dengan adanya sosial jejaring sosial media mereka dapat
dengan mudah menghubungi teman atau saudara yang sudah lama tidak bertemu. Ada
juga yang beralasan dengan menggunakan jejaring sosial media mereka dapat
menjalin hubungan pertemanan dengan orang baru.
Banyak yang mengaku, mereka mendapatkan sahabat baru
dari jejaring sosial media. Diawali dengan chatting, mereka bisa
merasakan kedekatan emosional antara satu dengan yang lain. Namun, apakah
mendapatkan sahabat dari dunia maya itu lebih baik daripada mendapat sahabat
dari lingkungan kita sehari-hari? Apakah seseorang yang belum pernah bertemu
dengan kita, bisa kita anggap sebagai sahabat?
Dewasa ini, sosok sahabat memang sangat diperlukan.
Selain orang tua, sahabat merupakan orang terdekat kita. Wajarnya sahabat
adalah sosok yang tahu kita luar dalam. Sosok yang selalu ada ketika kita butuh
bantuannya, atau hanya sekedar ntuk membagi kebahagiaan. Hubungan persahabatan
ini dapat terjalin dikarenakan kedekatan emosional seseorang dengan seseorang
lainnya, dan dipupuk melalui kebersamaan yang sering terjalin.
Namun saat ini banyak yang melupakan bahwa sahabat
adalah orang terdekat kita. Banyak remaja yang mengaku mempunya sahabat baru
dari pertemuannya di jejaring sosial media. Mereka bersahabat karena “nyambung”
dalam obrolan, atau mempunyai nasib yang sama. Pada kenyataannya banyak juga
yang mengaku mempunyai akun jejaring sosial hanya untuk menipu orang. Contoh
konkritnya pada kasus Vicky Prasetyo yang menipu banyak wanita untuk dijadikan
istrinya, atau pada kasus penipuan dengan modus belanja online. Lalu, baikkah
mempunyai sahabat dari dunia maya?
Apa yang kita kerjakan selalu mempunyai
konsekuensinya. Sama seperti mempunyai sahabat dari dunia maya. Dari segi
positifnya, kita dilatih untuk menjadi seseorang yang sabar, sabar menunggu
pada saat kita sudah online tetapi sahabat kita belum juga online. Kita dilatih
juga untuk mempercayai orang lain, walaupun baru saja berkenalan. Selain itu,
kita juga dilatih untuk menjadi sesorang pendegar yang baik apabila sahabat
dunia maya tersebut sedang berkeluh kesah. Sisi negatifnya adalah kita tidak
pernah tau apakah dia benar-benar orang baik, atau hanya seseorang yang mau
menipu kita. Kita diliputi kecurigaan ketika sedang berkeluh kesah dengan
sahabat kita tersebut.
Salah satu cara untuk mengetahui sahabat dari dunia
maya kita baik atau tidak adalah dengan mengajaknya bertemu.memang cara ini
sedikit merepotkan.Jika responnya baik, dan dia mau untuk diajak beretemu kemungkinan
ia adalah sesorang yang baik pula. Namun, jangan lupa untuk mengajak kawan
ketika ingin bertemu agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Boleh saja berteman dengan siapapun di jejaring sosial
media, namun kita juga perlu berhati-hati dalam memilih teman di jejaring
sosial media, karena tidak semua yang menggunakan jejaring sosial media adalah
orang yang baik. Kita harus lihai, agar tidak tertipu. Sudah banyak kasus
pembunuhan atau pemerkosaan yang terjadi akibat kesalahan dalam memilih teman
di jejaring sosial media. Jangan sampai kita menjadi korban selanjutnya.
Pada akhirnya, sahabat dari dunia nyata merupakan
sosok yang paling penting. Karena kita telah mengetahui latar belakang sahabat
kita tersebut. Tidak ada rasa curiga yang akan timbul, apabila kita sedang
bersama sahabat kita. Tidak ada tipu menipu karena kita sudah mengetahui watak
dan sifat sahabat kita. Maka dari itu timbulah rasa nyaman yang selalu bisa
mendekatkan kita dengan sahabat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar