Apa itu
Konseling teman sebaya? Bukan kah jika melakukan konseling harus ada konselor
yang memandu? Mungkinkah konseling teman sebaya teman sebaya dilakukan? Konseling
teman sebaya merupakan suatu cara
bagi para siswa (remaja) belajar bagaimana memperhatikan dan membantu siswa lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Konseling sebaya merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang
disengaja dan sistematik. Konseling sebaya memungkinkan siswa untuk memiliki
keterampilan-keterampilan guna mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan
kemampuan mengontrol diri yang sangat bermakna bagi remaja. Secara khusus
konseling teman sebaya tidak memfokuskan pada evaluasi isi, namun lebih memfokuskan
pada proses berfikir, proses-proses perasaan dan proses pengambilan keputusan.
Dengan cara yang demikian, konseling sebaya memberikan kontribusi pada
dimilikinya pengalaman yang kuat yang dibutuhkan oleh para remaja yaitu respect. (Carr, 1981 : 4).
Kadang kala
istilah ″konselor″ menimbulkan kekhawatiran bagi sementara orang karena
khawatir berkonotasi dengan konselor professional. Oleh karena itu beberapa
orang menyebut ″konselor sebaya″ dengan sebutan ″fasilitator″, atau ″konselor
yunior″. Terlepas dari berbagai sebutan yang digunakan, yang lebih penting
sebenarnya adalah bagaimana remaja berhubungan satu sama lain, dan dengan cara
bagaimana hubungan-hubungan itu dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan
mereka.
Konseling teman sebaya dipandang penting karena berdasarkan pengamatan
penulis sebagian besar remaja
lebih sering membicarakan masalah-masalah mereka dengan teman
sebaya dibandingkan dengan orang tua, pembimbing, atau guru di sekolah.
Untuk masalah yang dianggap sangat seriuspun mereka bicarakan dengan
teman sebaya (sahabat). Kalaupun terdapat remaja yang akhirnya menceritakan
masalah serius yang mereka alami kepada orang tua, pembimbing atau guru,
biasanya karena sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya pemecahan masalah
bersama teman sebaya mengalami jalan buntu). Hal tersebut terjadi karena remaja
memiliki ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya yang
sangat kuat. Remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami
mereka dan mereka yakin bahwa hanya sesama merekalah remaja dapat saling
memahami. Keadaan yang demikian sering menjadikan remaja sebagai suatu
kelompok yang eksklusif. Fenomena ini muncul sebagai akibat dari
berkembangnya karakteristik personal
fable yang didorong oleh perkembangan kognitif dalam masa formal operations (Steinberg, 1993; Santrock, 2004). Keeratan,
keterbukaan dan perasaan senasib di antara sesama remaja dapat menjadi peluang
bagi upaya memfasilitasi perkembangan remaja. Pada sisi lain, beberapa
karakteristik psikologis remaja (emosional, labil) juga merupakan tantangan
bagi efektivitas layanan konseling teman
sebaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar