Senin, 11 Desember 2017

Konseling Teman Sebaya



Hasil gambar untuk konseling teman sebaya
Apa itu Konseling teman sebaya? Bukan kah jika melakukan konseling harus ada konselor yang memandu? Mungkinkah konseling teman sebaya teman sebaya dilakukan? Konseling teman sebaya merupakan suatu cara bagi para siswa (remaja) belajar bagaimana memperhatikan dan membantu siswa lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Konseling sebaya merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang disengaja dan sistematik. Konseling sebaya memungkinkan siswa untuk memiliki keterampilan-keterampilan guna mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemampuan mengontrol diri yang sangat bermakna bagi remaja. Secara khusus konseling teman sebaya tidak memfokuskan pada evaluasi isi, namun lebih memfokuskan pada proses berfikir, proses-proses perasaan dan proses pengambilan keputusan. Dengan cara yang demikian, konseling sebaya memberikan kontribusi pada dimilikinya pengalaman yang kuat yang dibutuhkan oleh para remaja yaitu respect. (Carr, 1981 : 4).
Kadang kala istilah ″konselor″ menimbulkan kekhawatiran bagi sementara orang karena khawatir berkonotasi dengan konselor professional. Oleh karena itu beberapa orang menyebut ″konselor sebaya″ dengan sebutan ″fasilitator″, atau ″konselor yunior″. Terlepas dari berbagai sebutan yang digunakan, yang lebih penting sebenarnya adalah bagaimana remaja berhubungan satu sama lain, dan dengan cara bagaimana hubungan-hubungan itu dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan mereka. 
Konseling teman sebaya dipandang penting karena berdasarkan pengamatan penulis seba­gian besar  remaja  lebih  sering membicarakan masalah-masalah mereka dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua, pembimbing, atau  guru di sekolah. Untuk masalah yang dianggap sangat seriuspun   mereka bicarakan dengan teman sebaya (sahabat). Kalaupun terdapat remaja yang akhirnya menceritakan masalah serius yang mereka alami kepada orang tua, pembimbing atau guru, biasanya karena  sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya pemecahan masalah bersama teman sebaya mengalami jalan buntu). Hal tersebut terjadi karena remaja memiliki ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya yang sangat kuat. Remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat  memahami  mereka dan mereka yakin bahwa hanya sesama merekalah remaja dapat saling memaha­mi. Keadaan yang demikian sering menjadikan remaja sebagai suatu kelompok  yang eksklusif. Fenomena ini muncul sebagai akibat dari berkembangnya karakteristik personal fable  yang didorong oleh perkembangan kognitif dalam masa formal operations (Steinberg, 1993; Santrock, 2004). Keeratan, keterbukaan dan perasaan senasib di antara sesama remaja dapat menjadi peluang bagi upaya memfasilitasi perkembangan remaja. Pada sisi lain, beberapa karakteristik psikologis remaja (emosional, labil) juga merupakan tantangan bagi  efektivitas layanan konseling teman sebaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RESUME BAB 6

 AKSIOLOGI PAULO FREIRE Pada pembahasan kali ini saya akan meresume buku Struktur Fundamental Pedagogik karya Dr. Dharma Kseuma, M.Pd. ...