AKSIOLOGI PAULO FREIRE
Pada pembahasan kali ini saya
akan meresume buku Struktur Fundamental Pedagogik karya Dr. Dharma Kseuma,
M.Pd. dan Teguh Ibrahim, S.Pd. disini membahas proses pendidikan Paulo Freire.
Pada dasarnya isi pendidikan
tentu berkaitan dengan kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaraan serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan program pendidikan tertentu.
Dalam standar ini yang dimaksud tujuan adalah kompetensi attau learning
outcomes, isi dan bahan pelajaran adalah bahan kajian cara adalah metode
pembelajaran dan cara penilaian dan kegiatan pembelajaran adalah implementasi
dari semua komponen diatas. (Permen no. 22 tahun 2006 tentang standar isi). Sedangkan
dalam kajian Freise isi pendidikan lebih terkait dengan learning outcomes,
yaituu merupakan pencapaian anatara tujuan pendidikan. Isi pendidikan
sebagaiaman dianjurkan dan praktikan Freire, terdiri atas iptek dan nilai
nilai, iptek sebagai produk dan sebagai proses, dan nilai nilai sebagaiamana
terkandung dalam konteks realitas sosl tempat berlakehidupan.
Memang freire sendiri tidak
berbicara khusus tentang nilai nilai sebagai isi pendidikan. Tetapi ia
menyatakan bahwa pendidikan itu selalu politis, selalu memihak, tidak netral. “Netral”
adalah kata demham selubung untuk menopengi realitas bahwa aku hanya menonton
realitas dan mendukungnya. Pendidikan bagi Freire adalah saran agar manusia
melalkukan intervensi kritis terhadap realitas. Nilai nilai yang paling sentral
bagi freire sebagai isi pendidikan adalah humanisasi.
Beberapa pemikiran Fundamental
Freire tentang isi pendidikan penulis jabarkan sebagai berikut:
a. Teks
yang mengandung the reason of being
b. Teks
dengan tema tema zaman
c. Konteks
kurikulum
d. Iptek
yang memiliki proses daur daur epstemologi
Isi pendidikan tidak hanya to itu
saja. Perserta didik sebagai manusia sudah memiliki kebudayaan sendiri sebelum
ia masuk ke ruang kelas, ia punya cara yang berbeda dan unik untuk belajar.
maka dari itu kurikulum harus berdasarkan pada budaya perserta didik. Pengargaan
budaya tanpa self depreciation perserta didik dianggap tidak rusah harga
dirinya dan merasa bangga . manusia harus hidup dengan jati dirinya. Tetapi ini
tidak berati bahwa pendidik harus menerima mentah mentah semua budaya yang
dibawa si terdidik.